Selasa, 26 Juni 2012

Monyet Unik di Gunung Slamet Terancam Punah

Gunung Slamet di Jawa Tengah tak hanya kaya dengan keanekaragaman hayati. Gunung setinggi 3.428 meter, tertinggi kedua di Pulau Jawa, juga menjadi rumah bagi Rekrekan atau monyet daun (Presbytis fredericae). 


Namun, keberadaan primata endemik pemakan daun itu terancam akibat pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan dan pemukiman. Padahal, monyet ini habitatnya hanya bisa ditemukan di hutan yang terisolasi seperti Gunung Slamet, Gunung Cupu - Simembut, Gunung Dieng dan Gunung Lawu. 

Pembukaan lahan itu membuat tempat hidup Rekrekan menyempit. "Habitat yang digunakan oleh Rekrekan di Gunung Slamet seluas 33.230 hektar dan yang tidak digunakan seluas 24.737 hektar. Semakin maraknya pembukaan lahan, mempersempit habitatnya. Monyet daun di Gunung Slamet terancam punah," kata Abdi Fitria, peneliti dari Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta, Selasa 26 Juni 2012

Dia menambahkan, Rekrekan banyak ditemukan di daerah tingkat lereng yang curam. Kelerengan dapat membantu Rekrekan terhindar dari predator dan dapat memiliki pandangan yang lebih luas. 

Bahkan, Rekrekan banyak ditemukan pada ketinggian di atas 600 meter di atas permukaan laut. "Ketinggian 1.100-1.300 meter di atas permukaan laut merupakan ketinggian di mana Rekrekan atau monyet daun paling banyak ditemukan, karena pada ketinggian itu ditemukan  ketersediaan pakan yang bervariasi," tambah dia.

Monyet unik itu juga nyaman berada di lereng dengan sudut kemiringan 35-40 derajat. Terdata ada 28 kelompok dan 131 individu yang ada di sana. Sedangkan pada lereng 25-35 derajat ditemukan 9 kelompok dan 43 individu.

Dengan kondisi hutan Gunung Slamet yang telah beralih fungsi mempengaruhi penyebaran monyet daun. "Setidaknya ditemukan 8 kelompok dengan 68 individu di daerah hutan primer," paparnya

Dari hasil penelitian Abdi, Rekrekan merupakan golongan primata yang memiliki sistem sosial dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Hal ini kaitannya dengan pencarian  dan pemenuhan kebutuhan pakan.

"Tidak pernah ditemukan adanya sistem berpindah antar anggota kelompok Rekrekan, khususnya individu betina,” katanya.

Uniknya lagi, kata Abdi, individu jantan dan betina yang telah dewasa akan meninggalkan kelompoknya, perlahan mereka membentuk kelompok sendiri. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kompetisi makan antar pejantan dan sebagai upaya memperoleh kehidupan berupa sumber pakan yang lebih berkualitas.

Untuk mempertahankan keberadaan monyet daun perlu adanya peningkatan sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat dalam usaha perlindungan dan pelestarian hutan melalui program ekowisata dan edu wisata. Namun yang tidak kalah penting adalah dilakukan peningkatan status kawasan dan kegiatan pembinaan habitat. "Sehingga ekosistem Gunung Slamet tetap lestari," pungkasnya. sumber: VIVAnews
-

0 komentar:

Posting Komentar